Rabu, 18 Februari 2009

Konservasi Ikan Sungai Citarum.

Jika anda melakukan perjalanan Jakarta-Bandung melalui jalur Cianjur atau perjalanan Cianjur- Bandung, Sukabumi-Bandung, Bogor-Bandung, melalui jalur darat, anda pasti melintasi Sungai Citarum. Sebuah sungai terbesar dan paling populer di Jawa Barat. Tidak heran karena Sungai ini paling banyak menghasilkan listrik melalui bendungan Saguling, Cirata dan Jati Luhur.

Banyak cerita dan berita mengenai Sungai Citarum, banyak juga program pemerintah yang dilaksanakan di Sungai ini dengan berbagai alasan dan kepentingan, artinya Citarum diperhatikan oleh banyak pihak, mulai dari hulu sampai hilir, oleh kalangan swasta, pemerintah maupun badan-badan internasional.

Jika kita perhatikan dari dekat, khususnya dari jembatan Citarum (jembatan lama & baru), area muara sungai Cihea dan sekitarnya, tampak sekali bahwa sungai Citarum menjadi salah satu urat nadi perekonomian masyarakat sekitarnya, setiap hari masyarakat memancing dan menjaring ikan di Sungai Citarum yang tampak tenang dengan pemandangan yang indah.

Hasil tangkapan ikan dari sungai Citarum salah satunya dapat anda nikmati di rumah makan-rumah makan sederhana yang menyajikan hidangan khusus "Ikan Bakar Sungai Citarum". Di tempat peristirahatan ini tersedia berbagai jenis ikan sungai (asli, natural) seperti Gerang, Tagih, Hampal, Genggehek, Jambal, Lalawak dll. dan ikan sungai yang sudah dibudidayakan (ikan mas, nila dll.). Semula kami anggap ikan bakar biasa, tetapi setelah melihat dari dekat, ikan-ikan ini sungguh luar biasa, karena :

- Ukurannya besar-besar, ikan nila bisa mencapai 1-3 kg per ekor;
- Terdapat jenis-jenis ikan yang sudah sangat jarang ditemukan di pasar, seperti ikan Hampal, Tagih, Genggehek, Jambal, Lalawakdll.

Dengan kata lain ikan bakar di tempat ini sangat eksklusif dari sisi jenis dan ukuran, rasanya-pun sangat enak untuk dinikmati sekeluarga atau rame-rame dengan rekan anda.

Dibalik semua eksklusifitas itu, terdapat hal yang menggelitik, di sepnajng sungai Citarum banyak terdapat pemancing ikan, banyak juga yang menggunakan kecrik atau huraf (jaring penangkap ikan dengan cara dikembangkan dan dilempar ke sungai), banyak juga yang menggunakan jaring-jaring yang dipasang di pinggir-pinggir sungai. Semuanya punya tujuan yang sama, mengambil ikan sungai Citarum.

Memang tidak ada yang aneh, semuanya sah-sah saja, biasa saja, permasalahannya adalah bahwa yang ada hanya penangkap ikan, tidak ditemukan satupun diantara mereka yang menanam ikan !

Banyak kasus sudah terjadi, di Cianjur misalnya, dulu terkenal dengan ikan "Beureum Panon". Ikan sejenis Nilem ini dulu banyak terdapat di kolam-kolam pribadi maupun di perairan umum, sungai, anak sungai dan sejenisnya, sekarang apakah kita masih bisa menemukan "Beureum Panon" di perairan umum, masih merupakan tanda tanya besar, yang jelas di kolam-kolam, di empang-empang peliharaan, jenis ikan ini sudah sangat sulit ditemukan.

Ada kekhawatiran yang terbersit di benak, bila pengambilan ikan di sungai Citarum terus dilakukan, sementara upaya penanaman (restocking) tidak dilakukan, suatu hari beberapa jenis ikan yang potensial sebagai ikan konsumsi ataupun ikan hias akan sirna seperti Beureum Panon, setidaknya sangat sulit ditemukan, apalagi untuk dinikmati.

Diakui bahwa instansi pemerintah, swasta maupun LSM sudah banyak berbuat, tetapi kalau melihat kenyataan di lapangan, upaya-upaya tersebut perlu terus didukung dan dikembangkan agar plasma nutfah yang sangat penting tidak lenyap begitu saja, bahkan sebaliknya harus memberikan manfaat dalam jangka panjang.

Siapapun anda, masyarakat biasa, blogger, hobbiis mancing, dosen, peneliti, pakar ikan, dan lain-lain, yang mencintai plasma nutfah Indonesia, dalam hal ini ikan-ikan asli sungai Citarum, ikan-ikan endemik, kita coba bergabung menghimpun sebuah kekuatan untuk melestarikan dengan berbagai cara yang nyata, fokus dan berkesinambungan.

Jika anda punya pengetahuan, pengalaman, kepedulian, dll. tentang ikan asli sungai Citarum dan sekitarnya, kami berharap anda dapat bergabung dalam blog ini untuk sama-sama urung rembug, berbuat sesuatu yang mulia. Mungkin tindakan ini melawan arus, dimana orang memanen ikan sungai, kita coba menanam untuk anak cucu kita. Sesekali kita memang harus melawan arus, demi kebaikan tentunya.

7 Februari 2009, kami sudah memulai melangkah, walaupun hanya satu-dua langkah awal yang tertatih-tatih, namun kami berharap langkah ini dapat disambung dengan langkah-langkah lain untuk mengidentifikasi, koleksi, dokumentasi, pemuliaan, penanaman ulang dan lain-lain yang dianggap perlu serta tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang mendasar dan berdampak negatif.

Salam-Insan Plasma Nutfah

4 komentar:

  1. Alhamdulilah akhirnya jadi juga Blog Nya.... Selamat ya kaang,semoga bermanfaat dan menjadi wawasan yang baru untuk pembaca... Selamat Hunting juga... Tambah sering doong jalan jalan ke citarum... kade ah ibu risma cemburu akang caket teuing sareng lauk...hehehe J'Kiding...

    BalasHapus
  2. sip.. sip.. saya jadi follower juga nih.. he3...

    BalasHapus
  3. kang..di saya masih ada ikan beureum panon...sekarang lg terus di kembangbiakan...mudah mudahan ikan yg sudah dinyatakan menghilang itu bisa berkembang lagi di sungai sungai jawa barat

    BalasHapus
  4. Sukurlah, kita juga sedang kembangkan di Sukabumi dan Cianjur, kita kikis habis yang namanya PUNAH. Terima kasih telah turut peduli.
    salam-yoyo

    BalasHapus