Selasa, 15 September 2009

Lalawak, Si Tawes Liar


Sungai Citarum ternyata menyimpan potensi freshwaterfish yang laur biasa. Observasi hari Minggu, 13 September 2009 menunjukan terdapatnya ikan LALAWAK atau ikan tawes liar.

Bentuk badannya mirip sekali dengan TAWES, tetapi sirip bawah dan ekornya berwarna merah pucat. Ikan ini diduga sebagai Barbonymus altus, tetapi masih memerlukan identifikasi lebih lanjut.

Ukuran panjang ikan yang tertangkap jaring (kecrik/happa) 21 cm.

Ada yang tau nama ilmiah yang benar mengenai ikan ini ?

Rabu, 02 September 2009

Hampala yang menggiurkan



HAMPALA Hampala macrolepidota (Valenciennes, 1842)

Banyak orang tergila-gila pada hampala, Hampala (di Jawa Barat disebut Hampal, Jateng : Palung, Kalimantan & Malaysia : Sebarau), tentu saja dengan berbagai alasan, diantaranya karena : pertama keberadaan ikan ini sulit ditemukan di kolam atau di toko aquarium; kedua hampal sangat mengasikan untuk di pancing, tarikannya khas dan luar bisa menantang, umpannyapun tidak bisa pakai cacing atau umpan mati lainnya; ketiga unik dan cantik dipajang di aquarium. Perhatikan bagian ekor dan "colet" hitam melintang setengah badan di bagian tengah tubuhnya, merupakan ciri khas yang sangat unik, ditambah lagi dengan sisik silver yang mengkilat, ikan ini layak untuk dinikmati sebagai ikan hias. Ukurannya yang bisa mencapai 50 cm atau lebih, merupakan ikan liar yang layak konsumsi.

Petani atau peternak ikan kurang senang dengan keberadaan hampala, pasalnya karena hampala bersifat carnifora dan memakan jenis ikan lainnya yang lebih kecil, jika ditanam di kolam peliharaan, dia memakan ikan lain yang kita pelihara.

Apapun sipat Hampala, ikan ini merupakan salah satu kekayaan plasma nutfah Indonesia dan keberadaannya dirasakan sulit ditemukan, artinya Hampala memerlukan perhatian untuk dilestarikan. Perlu proses identifikasi, domestikasi dan re-stocking di alam aslinya.

Hasil observasi bulan Agutus 2009, Hampala masih bisa ditemukan di Sungai Citarum, Sunga Cisokan dan Waduk Cirata. Tentu saja di tempat lain masih bisa ditemukan, tetapi kami tidak berani menyebutkan kecuali sudah kami buktikan keberadaannya ataupun adalaporan-laporan yang dapat dipertanggungjawabka akan keberadaan ikan ini di alam aslinya. Dari referensi yang ada penyebaran ikan ini terdiri dari :

Dunia : Indonesia, Semenanjung Malaysia, Thailand, Vietnam hingga China.
Jawa : Bengawan Solo, Serayu, Bogowonto, Brantas, Porong, Cisadane
Sumatra : Sungai Asahan, Danau Toba, Musi dan Danau Singkarak
Kalimantan : Kapuas, Barito dan Mahakam, dll.
Cianjur, Jabar : Citarum, Cisokan, Cirata ? Siapa yang mau menambahkan ?


Siapa punya koleksi Hampala ? Jangan sia-siakan, kembangkan dia dan dapatkan manfaatnya sebelum pun...pun...nah...nah...nah !

Jika tidak memijahkannya sendiri, banyak hobbiis dan praktisi yang bisa melakukannya, teknik induce spawning dan penggunaan ovaprim atau kelenjar hipopisa akan sangat membantu jika pemijahan alam sulit dilakukan.

Keterangan Foto :
Ikan Hampal ukuran besar total panjang 30 cm, ukuran lebih kecil = 21 cm, ditangkap dari Sungai Cisokan dengan menggunakan pancing pada tanggal 29 Agustus 2009, image kurang jelas karena diambil dengan menggunakan kamera hp alakadarnya.

Rabu, 19 Agustus 2009

Upaya Mengangkat Ikan Nilem Sebagai IKAN HIAS



Ikan NILEM (Osteochilus haselti) selama ini dikenal sebagai ikan konsumsi. Kabar buruknya adalah keberadaan ikan ini mulai terasa langka, khususnya di daerah Jawa Barat seperti Cianjur, ikan ini sudah jarang ditemukan di kolam-kolam peliharaan. Kabar baiknya bahwa ikan ini masih banyak di budidayakan, khususnya di daerah Tasikmalaya, bahkan saat ini sudah banyak dikembangkan di Keramba Jaring Apung Cirata/Jangari, hingga populasinya mulai menggeliat kembali.

Pengamatan di lapangan, ada beberapa hal yang unik diantaranya, hasil breeding hampir selalu terdapat ikan nilem berwarna menyimpang dari kelompoknya, yaitu kuning kemerahan. Setelah diamati ternyata cukup menarik perhatian dan layak dikembangkan sebagai ikan hias.

Upaya ini bertujuan untuk :

1. Mengangkat nilai estetika
2. Mengangkat nilai jual
3. Tindakan konservasi

Rabu, 18 Februari 2009

ENCLAVE BIGGEST FISH CONTEST

Anda berpendapat bahwa anda memiliki atau pernah memancing/menjala/menjaring dan mendapatkan ikan yang ukurannya paling besar ?

Sabar dulu.....punya anda belum tentu yang terbesar, tapi siapa tahu anda benar dan ikannya paling besar !

Daftarkan ikan anda dengan menyebutkan ukuran, bobot, jenis, tempat mendapatkan ikan tersebut dan raihlah sertifikat ENCLAVE BIGGEST FISH RECORD.

Ikan anda bukan sekedar tontonan, tapi sejarah, sumber plasma nutfah yang berharga dan anda layak mendapatkan penghargaan.

Ikuti terus blog ini, anda akan temukan sesuatu yang sebelumnya mungkin belum anda temukan.
yb 19-02-09
MENGENAL IKAN SUNGAI CITARUM
O1-IKAN GERANG


Gerang (Mystus nigriceps)
Valenciennes, 1840. Penduduk setempat, disekitar dusun Muara (dusun disekitar muara sungai Cihea, yang bernuara langsung di sungai Ciatrum) menyebut ikan ini sebagai Gerang (hurup "e" pada kata Gerang dibaca seperti "e" pada kata "kentang". Di daerah lain ikan ini dikenal sebagai kebongerang atau keting.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, populasi Gerang tidak mengkhawatirkan, diantaranya karena jumlahnya cukup banyak. Indikator banyak dalam hal ini adalah setiap pemancing ikan atau penjala hampir selalu mendapatkan ikan Gerang setiap harinya. Sebagian ikan yang tertangkap pancing/jala/jaring berada dalam kondisi bunting, artinya ikan ini berkembangbiak di sungai Citarum dengan baik tanpa bantuan manusia.


Dari pengambilan sample di lapangan, dari 8 ekor Gerang 5 diantaranya betina dalam kondisi bunting dan 3 lainnya jantan.

Penampilan gerang bunting dapat dilihat secara jelas dari bentuk fisiknya, yaitu perut bagian depan yang membuncit. Sedangkan pada jantan tanda fisik ini tidak ditemukan. Untuk membuktikan kebenarannya, ikan mati dibelah bagian perutnya dengan cutter yang tajam, begitu perut terbuka, dua kantung telur (gonad) langsung tampak paling depan, kontras dengan warna kuning muda.


Dari 5 sample ikan yang dibelah, seluruhnya mengandung telur, 3 diantaranta diduga sudah matang gonad, karena telur berukuran lebih besar dan lembut.

Ikan Gerang sampel dicoba dibawa dalam kondisi hidup dengan tanpa bantuan aerator atau oksigen. Uji coba pertama, tanggal 7 Februari 2009, dari 2 ekor sampel yang dibawa, kedua-duanya berhasil selamat sampai tujuan (Cianjur) setelah menempuh jarak sekitar 35 KM. Gerang ditanam di dalam bak semen ukuran 1,2 x 2 meter dan bertahan hidup sampai dengan saat ini.

Kami berharap ikan-ikan sampel ini dapat bertahan hidup untuk diteliti lebih lanjut serta dikembangkan sesuai dengan tujuan utamanya.

Kami menyadari bahwa pengetahuan kami tentang ikan sungai masih sangat sederhana dan minim, sehingga mungkin saja terjadi kesalahan dalam identifikasi, yang jelas apa yang kami tuangkan merupakan data asli lapangan, nama ilmiah kami tambahkan setelah membandingkannya dengan literatur yang ada, namun demikian tetap terbuka kemungkinan kesalahan identifikasi, oleh karena itu kami sangat berharap adanya masukan dari para ahli maupun praktisi yang lebih mengetahui tentang jenis-jenis ikan ini.
yb-1902-09




Konservasi Ikan Sungai Citarum.

Jika anda melakukan perjalanan Jakarta-Bandung melalui jalur Cianjur atau perjalanan Cianjur- Bandung, Sukabumi-Bandung, Bogor-Bandung, melalui jalur darat, anda pasti melintasi Sungai Citarum. Sebuah sungai terbesar dan paling populer di Jawa Barat. Tidak heran karena Sungai ini paling banyak menghasilkan listrik melalui bendungan Saguling, Cirata dan Jati Luhur.

Banyak cerita dan berita mengenai Sungai Citarum, banyak juga program pemerintah yang dilaksanakan di Sungai ini dengan berbagai alasan dan kepentingan, artinya Citarum diperhatikan oleh banyak pihak, mulai dari hulu sampai hilir, oleh kalangan swasta, pemerintah maupun badan-badan internasional.

Jika kita perhatikan dari dekat, khususnya dari jembatan Citarum (jembatan lama & baru), area muara sungai Cihea dan sekitarnya, tampak sekali bahwa sungai Citarum menjadi salah satu urat nadi perekonomian masyarakat sekitarnya, setiap hari masyarakat memancing dan menjaring ikan di Sungai Citarum yang tampak tenang dengan pemandangan yang indah.

Hasil tangkapan ikan dari sungai Citarum salah satunya dapat anda nikmati di rumah makan-rumah makan sederhana yang menyajikan hidangan khusus "Ikan Bakar Sungai Citarum". Di tempat peristirahatan ini tersedia berbagai jenis ikan sungai (asli, natural) seperti Gerang, Tagih, Hampal, Genggehek, Jambal, Lalawak dll. dan ikan sungai yang sudah dibudidayakan (ikan mas, nila dll.). Semula kami anggap ikan bakar biasa, tetapi setelah melihat dari dekat, ikan-ikan ini sungguh luar biasa, karena :

- Ukurannya besar-besar, ikan nila bisa mencapai 1-3 kg per ekor;
- Terdapat jenis-jenis ikan yang sudah sangat jarang ditemukan di pasar, seperti ikan Hampal, Tagih, Genggehek, Jambal, Lalawakdll.

Dengan kata lain ikan bakar di tempat ini sangat eksklusif dari sisi jenis dan ukuran, rasanya-pun sangat enak untuk dinikmati sekeluarga atau rame-rame dengan rekan anda.

Dibalik semua eksklusifitas itu, terdapat hal yang menggelitik, di sepnajng sungai Citarum banyak terdapat pemancing ikan, banyak juga yang menggunakan kecrik atau huraf (jaring penangkap ikan dengan cara dikembangkan dan dilempar ke sungai), banyak juga yang menggunakan jaring-jaring yang dipasang di pinggir-pinggir sungai. Semuanya punya tujuan yang sama, mengambil ikan sungai Citarum.

Memang tidak ada yang aneh, semuanya sah-sah saja, biasa saja, permasalahannya adalah bahwa yang ada hanya penangkap ikan, tidak ditemukan satupun diantara mereka yang menanam ikan !

Banyak kasus sudah terjadi, di Cianjur misalnya, dulu terkenal dengan ikan "Beureum Panon". Ikan sejenis Nilem ini dulu banyak terdapat di kolam-kolam pribadi maupun di perairan umum, sungai, anak sungai dan sejenisnya, sekarang apakah kita masih bisa menemukan "Beureum Panon" di perairan umum, masih merupakan tanda tanya besar, yang jelas di kolam-kolam, di empang-empang peliharaan, jenis ikan ini sudah sangat sulit ditemukan.

Ada kekhawatiran yang terbersit di benak, bila pengambilan ikan di sungai Citarum terus dilakukan, sementara upaya penanaman (restocking) tidak dilakukan, suatu hari beberapa jenis ikan yang potensial sebagai ikan konsumsi ataupun ikan hias akan sirna seperti Beureum Panon, setidaknya sangat sulit ditemukan, apalagi untuk dinikmati.

Diakui bahwa instansi pemerintah, swasta maupun LSM sudah banyak berbuat, tetapi kalau melihat kenyataan di lapangan, upaya-upaya tersebut perlu terus didukung dan dikembangkan agar plasma nutfah yang sangat penting tidak lenyap begitu saja, bahkan sebaliknya harus memberikan manfaat dalam jangka panjang.

Siapapun anda, masyarakat biasa, blogger, hobbiis mancing, dosen, peneliti, pakar ikan, dan lain-lain, yang mencintai plasma nutfah Indonesia, dalam hal ini ikan-ikan asli sungai Citarum, ikan-ikan endemik, kita coba bergabung menghimpun sebuah kekuatan untuk melestarikan dengan berbagai cara yang nyata, fokus dan berkesinambungan.

Jika anda punya pengetahuan, pengalaman, kepedulian, dll. tentang ikan asli sungai Citarum dan sekitarnya, kami berharap anda dapat bergabung dalam blog ini untuk sama-sama urung rembug, berbuat sesuatu yang mulia. Mungkin tindakan ini melawan arus, dimana orang memanen ikan sungai, kita coba menanam untuk anak cucu kita. Sesekali kita memang harus melawan arus, demi kebaikan tentunya.

7 Februari 2009, kami sudah memulai melangkah, walaupun hanya satu-dua langkah awal yang tertatih-tatih, namun kami berharap langkah ini dapat disambung dengan langkah-langkah lain untuk mengidentifikasi, koleksi, dokumentasi, pemuliaan, penanaman ulang dan lain-lain yang dianggap perlu serta tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang mendasar dan berdampak negatif.

Salam-Insan Plasma Nutfah